Kewajiban Orang Tua Saat Anak Lahir
Tanggung Jawab Orang Tua Saat Anak Lahir adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 25 Muharram 1447 H / 21 Juli 2025 M.
Kajian Tentang Kewajiban Orang Tua Saat Anak Lahir
Berikut ini hak-hak yang wajib ditunaikan orang tua ketika anak sudah lahir:
Pertama, wajib bagi orang tua untuk memilih nama yang baik bagi anak-anaknya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengganti nama yang buruk menjadi nama yang baik. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa datang seseorang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan nama Hazan (حَزَن), yang berarti susah atau sedih. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung mengganti nama itu menjadi Sahl (سَهْل), yang artinya mudah.
Contoh lain adalah seorang perempuan yang datang kepada Nabi dengan nama Asiyah (عَاصِيَة), yang berarti orang yang bermaksiat. Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengetahui nama tersebut, beliau menggantinya menjadi Jamilah (جَمِيلَة), yang artinya cantik.
Jamilah adalah bentuk sifah musyabbahah dalam bahasa Arab, dengan wazan fa‘ilah (فَعِيلَة), yang menunjukkan sifat yang melekat, yakni kecantikan yang melekat pada dirinya.
Jadi, jika seseorang memiliki anak dengan nama yang buruk, ubah menjadi nama yang baik. Ini termasuk salah satu sunnah Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu mengubah nama yang buruk menjadi nama yang baik.
Kedua, orang tua hendaknya melakukan aqiqah untuk anaknya pada hari ketujuh. Jika belum mampu pada hari ketujuh, maka boleh dilakukan pada hari keempat belas. Jika belum mampu juga, maka boleh pada hari kedua puluh satu.
Syaikh Shalih Abu Islam berpendapat, jika belum mampu melakukan akikah pada hari ketujuh, keempat belas, atau kedua puluh satu, maka boleh dilakukan kapan saja setelah itu. Ini menunjukkan bahwa menurut beliau, orang yang belum diaqiqahkan, boleh diaqiqahkan kapan saja. Memang terdapat khilaf atau perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini, namun itulah pendapat beliau bahwa aqiqah tetap boleh dilakukan kapan saja.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ، تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
“Setiap anak tergadai dengan akikahnya. Disembelihkan (dua kambing untuk laki-laki, satu kambing untuk perempuan) untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama.” (HR. At-Tirmidzi)
Ini adalah sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ketiga, hak anak atas ayahnya adalah diperintah untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Jika pada usia sepuluh tahun masih enggan shalat, maka boleh dipukul dengan pukulan yang mendidik, dan dipisahkan tempat tidurnya tidak lagi tidur dalam satu ranjang.
Lihat juga: Prinsip dan Kaidah dalam Memukul Anak
Perintahkanlah anak-anak kita untuk shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.” (QS. At-Tahrim [66]: 6)
Kita semua nanti akan ditanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”( HR. Bukhari dan Muslim )
Seorang kepala rumah tangga, akan ditanya tentang kepemimpinannya, tentang istrinya, anak-anaknya, dan seluruh isi rumah tangganya. Karena itu, rumah tangga harus dijaga baik dari sisi kesalehan keluarga, maupun dari masuknya maksiat ke dalam rumah. Jangan sampai ada maksiat yang dibiarkan masuk ke rumah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam Surah Thaha:
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى ١٣٢
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam melakukannya. Kami tidak meminta rezeki darimu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha [20]: 132)
Dari sini kita mengetahui bahwa ibadah mendatangkan keberkahan. Perhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ketakwaan dan ibadah, itu Allah kaitkan dengan rezeki. Ini menjadi isyarat bahwa orang yang benar dalam ibadahnya, rezekinya dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh, kita semua telah dijamin rezekinya oleh Allah. Maka, rezeki bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Apakah orang lain bisa mengambil rezeki kita? Tidak akan pernah bisa selama-lamanya. Karena yang menetapkan rezeki adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak perlu bersedih memikirkan rezeki. Yang seharusnya menjadi perhatian kita adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana hubungan kita dengan Allah?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat [51]: 56)
Setelah itu, Allah melanjutkan firman-Nya:
مَآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ ٥٧ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh, Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Az-Zariyat [51]: 57–58)
Setelah Allah menjelaskan tentang ibadah, Allah juga menjelaskan tentang rezeki. Allah kaitkan ibadah dengan rezeki.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ ٢وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۚ
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq [65]: 2–3)
Apa arti takwa? Takwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Menurut Ibnu Katsir, “Diberi rezeki dari arah yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Rezeki itu datang, namun caranya adalah takwa.”
Sering kali kita lupa akan urusan akhirat. Ketika diuji dengan kesempitan hidup dan sulitnya rezeki, kita justru lupa dengan ayat ini. Seseorang malah sibuk menghubungi orang-orang yang sebenarnya tidak bisa memberi manfaat maupun menolak mudarat. Padahal seharusnya, yang pertama kali dihubungi adalah Allah. Perbaiki dahulu ibadah kita, sebelum mendatangi siapa pun. Benahi dulu diri dan ketakwaan kita kepada-Nya.
Keempat, hak anak atas orang tua adalah mentarbiyah dan mendidik anak-anaknya di atas akidah yang lurus dan melakukan amal shalih serta perbuatan kebajikan. Semua itu dilakukan dalam rangka memenuhi dan melaksanakan perintah Allah Ta‘ala.
Ini sangat penting. Karena amal shalih inilah yang akan menjadi teman mereka di alam kubur. Perhatian besar harus diberikan pada pendidikan anak. Mentarbiyah anak-anak di atas akidah shahihah (yang benar) dan memerintahkan mereka untuk beramal shalih. Karena ini juga pusat perhatian para Nabi dan Rasul.
Kelima, mendidik anak-anak dengan adab Islam dan akhlak mulia. Anak-anak dididik agar memahami adab-adab Islam, serta mengenali seperti apa akhlak yang mulia itu. Sumbernya Al-Qur’an dan sunnah Rasul kitaShallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Bukhari)
Lihat juga: Menanamkan Akhlak Mulia Pada Anak
Di zaman sekarang ini, agar kita mampu membedakan mana akhlak yang benar dan mana yang tidak, maka harus belajar sunnah. Ketika Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ditanya tentang akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , beliau menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ ٱلْقُرْآنَ
“Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim)
Cukup dengan meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka seseorang akan memiliki akhlak yang sempurna, karena beliau telah disifati langsung oleh Allah Ta‘ala dengan sifat yang sangat tinggi. Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
Keenam, Hak anak atas orang tua adalah diajarkan dan dididik agar pandai menjaga rahasia. Anak perlu dilatih sejak kecil untuk tidak membocorkan hal-hal yang seharusnya disimpan, apalagi jika itu menyangkut amanah.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah datang kepada kami, saat itu aku sedang bermain bersama anak-anak kecil yang lain. Lalu beliau mengucapkan salam kepada kami. Kemudian beliau mengutusku untuk suatu keperluan beliau. Aku pun pulang dengan terlambat ke rumah ibu.”
Ibuku pun bertanya, “Apa yang menahanmu? Di mana tadi engkau berada?”
Aku menjawab, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku untuk suatu keperluan.”
Lalu ibuku bertanya lagi, “Apa keperluannya?”
Aku menjawab, “Itu rahasia, Ibu.”
Ibuku pun berkata:
يَا بُنَيَّ، لَا تُحَدِّثَنَّ بِسِرِّ رَسُولِ اللَّهِ أَحَدًا
“Wahai anakku, jangan engkau ceritakan rahasia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada siapa pun.” (HR. Muslim)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Mari turut membagikan link download kajian “Kewajiban Orang Tua Saat Anak Lahir” yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55352-kewajiban-orang-tua-saat-anak-lahir/